Tentang Rasa

Tuai Rasa

Awalnya aku mengira,
Dengan terungkapnya gumpalan hati
Hidup akan semakin berarti.

Namun, hati bukanlah penjara
Tempat hasrat terjerat kelamnya sepi
Atau sepi sendiri tiada berarti

Yogyakarta 2008

Untuk hati yang sepi
: Demi kata yang tak dapat kurangkai

I;
Maka aku bertanya:
Kenapa kata sulit terangkai
Padahal musim-musim telah lebur
Bersama renung dan hablur
Bahkan rongga telah kering
Demi mengkoarkan suara imaji
Disetiap pintu-pintu dan jendela
Bahkan ruang-ruang pengap
Tak lagi kelam
Usai nawala kutorehkan
Menjadi sketsa luka dan cinta
Ya, cinta dan luka-luka

I;
Mengapa metafor terlalu berat dieksplor
Meramu puisi dengan diksi-diksi suci
Menyusun puing-puing rindu
Menjadi babat syair-syair syahdu
Atau mensyakralkan syair dalam sendu

Kini,
Bukan hanya kata-kata
Palu genggamku-pun patah
Dan paku penaku tumpul
Sekedar memahat air mata
Yang tak kering di ceruk malam

Yogyakarta 2008
Segelas Air Bermetafor

Lipstik bibirmu
Lebur
Air keruh menua
Tertuang di cangkir bening
Sebening matamu manatapku
Dan saat kita minum bergiliran
Senyum dan malumu terasa manis
Manis sekali.

Yogayakarta, 2008

Mimpikan Dirimu

Aku terlalu mesra bermain duka
Bercanda dalam rindu berbagi resah

Sementara kau yang di sebrang
Masih gamang memasrahiku

Aku acuh tak acuh, katamu
Kata siapa?
Itu hanya nafsu asmara
Geliat candu cemburu
Yang kian memburu

Aku bukan yang kau tahu
Aku bukan diriku yang dulu
Aku telah mati dari masa lalu
Aku telah lahir kembali
Untuk semua dan hati yang biru
Adalah dirimu

Yogyakarta, 2008

Bulan Mesum Di Ranjangmu

Bukan sebab tirai
Di ranjang dan jendela kamarmu
Bukan pula piyama yang kaukena
Apalagi buram hitam kaca itu

Hanya bulan mesum
Bersama mendung di matamu
Dan gerimis keruh di ceruk pipi
Setelah tahu kau di hati

Yogyakarta, 2008

Selamat Pagi

Selamat pagi, perempuanku
Apa kabar sang hati
Tanakkah tidurmu sesuntuk malam
Tanpa buruknya mimpi-mimpi

Selamat pagi, cintaku
Apa kabar sang pelita
Yang hadir dalam rinduku
Dengan tidurmu yang gulita

Selamat pagi, kekasih
Sepasang kupu di wajahmu
Hembuskan hawa embun
Ke ruang kalbu yang kemarau

Yogyakarta, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar